Laju Korosi Atmosferik Kawasan Pesisir dan Rural Di Kabupaten Aceh Barat Pasca Tsunami 2004

Herdi Susanto, Joli Supardi, M Ridha, Syifaul Huzni, S Fonna

Abstract


Korosi merupakanpenyebab utama kegagalan dini banyak infrastuktur yang berada di daerah pesisir. akibat bencana gempa dan tsunami Desember 2004 Perubahan iklim disepanjang garis pantai Barat Selatan Aceh semakin tinggi, kerusakan tersebut berdampak pada lingkungan sekitarnya, angin menjadi lebih kencang dan kandungan garam klorida dalam udara menjadi meningkat hal ini memacu peningkatan laju korosi atmosferik pada konstruksi-konstruksi yang terbuat dari logam, Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak perubahan laju korosi atmosferik yang terjadi pada kawasan tsunami yang berjarak dibawah 5 km dari pinggir pantai terhadap kawasan yang tidak dilanda tsunami yang berjarak diatas 5 km dari pinggir pantai, untuk logam kontruksi yang sering digunakan oleh masyarakat untuk infrastruktur. Enam lokasi penelitian pengukuran laju korosi atmosferik dipilih, yaitu: Pasi Ujong Kalak, Peunaga Pasi, Kubang Gajah penelitian tahun 2014 kawasan pesisir dan Alue Peuyareng, Pasi Jambu, Paya Lumpat penelitian tahun 2015kawasan rural berdasarkanASTM G 50. Hasil penelitian lajukorosi atmosferik menunjukkan bahwa semakinjauh dengan pinggir pantai maka laju korosi atmosferik akan menurun rata-rata untuk baja tulangan 1,62 mpy, baja nako1,06 mpy, baja strip 2,95 mpy, baja siku 0,25 mpy, baja plat mencapai 0,67 mpy.

Kata Kunci: korosi atmosferik, logam kontruksi,Aceh Barat, ASTM G 50


Full Text:

PDF

References


NACE, 2006, Corrosion Cost by Industrial Sector, Supplement to Material Performance, Vol. 41, No. 7, p.4.

Günter Schmitt, Michael Schütze, George F. Hays, Wayne Burns, En-Hou Han, Antoine Pourbaix, and Gretchen Jacobson, 2009, Global Needs for Knowledge Dissemination, Research, and Development in Materials Deterioration and Corrosion Control, the World Corrosion Organization (WCO), http://www.corrosion.org/images_index/whitepaper.pdf (diakses pada tanggal 16 Maret 2012).

NACE, 2002, Cost of Corrosion Study Unveiled, A Supplement to Material Performance, NACE International, http://www.nace.org/ uploadedFiles/ Publications/ccsupp.pdf (diakses pada tanggal 16 Maret 2012).

Widyanto, B., 2008, Permasalahan Korosi dan Penanganannya di Industri Perminyakan Di Indonesia, http://www.migas-indonesia.net/ index.php?option= comdocman&task=doc_view&gid=1230&Itemid=42 (diakses pada tanggal 16 Maret 2012).

Kuru, G. 2005. Penelitian FAO Mengenai Permintaan dan Penyediaan Kayu untuk Rekonstruksi pasca Tsunami di Indonesia. Consultant (in Indonesian).

Ridha, M., Fonna, S., Huzni, S. and Ariffin, A. K. 2013. Corrosion risk assessment of public buildings affected by the 2004 Tsunami in Banda Aceh. Journal of Earthquake and Tsunami, 7(1): 1–22.

ASM International. 2003. ASM Handbook. Volume 13A. Corrosion: fundatmentals, testing, and protection. USA: ASM international.

Fontana, M.G. 1987. Corrosion Engineering. 3rdEdition. New York: McGraw-Hill.

NACE, Corrosion - Atmospheric Corrosion, http://events.nace.org/library/ corrosion/ AtmCorros/introduction.asp (diakses pada tanggal 26 Agustus 2012).

ASTM International, 2003, Standard Pratice for Conducting Atmospheric Corrosion Tests on Metals, ASTM G50.

Corrosion-doctor, Atmospheric Corrosion Tests, http://www.corrosiondoctors.org/Corrosion-Atmospheric/Corrosion-tests.htm (diakses pada tanggal 26 Agustus 2012).




DOI: https://doi.org/10.35308/jmkn.v2i2.834

Refbacks

  • There are currently no refbacks.